Era Digital dan Perlindungan Anak Jadi Tantangan, PGRI Kota Cirebon Dorong Peran Guru sebagai Penuntun
CIREBONWARTANEWS.COM, Cirebon – Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang bertepatan dengan HUT Korpri ke-54 dan HUT PGRI ke-80, menjadi momentum refleksi bagi peran guru di era modern. Hal tersebut disampaikan Eka Novianto, Ketua PGRI Kota Cirebon usai mengikuti upacara di halaman Gedung Setda Kota Cirebon, Senin (1/12/25).
Menurut Eka, tantangan terbesar guru saat ini adalah menjadi pembimbing moral dan informasi bagi peserta didik.
Eka Novianto menjelaskan bahwa Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap 25 November diambil dari tanggal Hari Ulang Tahun PGRI, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 78 Tahun 1994 yang ditandatangani Presiden Soeharto.
“Ini adalah bentuk apresiasi dan penghargaan dari pemerintah terhadap kiprah organisasi ini,” kata Eka.
Ia menyoroti banyak kiprah perjuangan PGRI, di antaranya mendorong lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Undang-undang ini merupakan bagian dari perjuangan panjang PGRI untuk mewujudkan guru yang profesional dan sejahtera.

Mengamini sambutan Wali Kota Cirebon, Eka Novianto mengakui tantangan guru di era digital sangat luar biasa. Kemudahan akses informasi menuntut guru untuk beradaptasi.
“Tantangan kita adalah bagaimana sekarang guru harus mampu menjadi guide, penuntun bagi siswa-siswi kita untuk bisa memanfaatkan era digital ini dengan sebaik-baiknya,” jelasnya.
Menurutnya, guru memiliki peran krusial untuk memilah-milah informasi mana yang baik dan boleh diakses siswa, serta mana yang tidak, agar mereka tidak “salah jalan” dan tetap fokus sebagai pelajar.
Eka juga menyinggung perubahan dalam dunia pendidikan terkait adanya Undang-Undang Perlindungan Anak. Hal ini membuat praktik pendisiplinan fisik yang terjadi di masa lalu tidak lagi diperbolehkan.
“Dulu kita oleh guru dilempar penggaris atau apapun juga, dulu kan belum ada Undang-Undang Perlindungan Anak. Maka kita harus mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini. Guru harus lebih kreatif lagi, lebih mengasah lagi skill terutama dalam mengajar,” tandasnya.
Namun, ia menegaskan bahwa ketegasan dalam mendidik tetap diizinkan. Ia mencontohkan arahan dari Gubernur dan Presiden, bahwa ketegasan bukan berarti kekerasan, melainkan dapat diwujudkan dalam bentuk hukuman sosial yang memiliki nilai pendidikan, seperti membersihkan lingkungan sekolah.
“Mendidik itu memberikan konsekuensi bagi siswa, tapi di dalamnya ada nilai pendidikannya,” ungkapnya.
Di akhir pernyataannya, Eka Novianto memberikan pesan semangat kepada seluruh anggota PGRI kota Cirebon.
“Pesan untuk anggota, rekan-rekan semua, tetap semangat karena tantangan sangat luar biasa, jangan kendor untuk terus memberikan yang terbaik untuk bangsa. Karena bagaimanapun juga, masa depan bangsa itu ada di tangan kita para guru,” pungkasnya. (Cepy)
