Peran Strategis Perempuan dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Indonesia Emas 2045 dan Fondasi yang Kerap Terlupa
Indonesia Emas 2045 kerap diproyeksikan sebagai puncak bonus demografi dan kemajuan ekonomi nasional. Visi besar ini menjanjikan masa depan bangsa yang maju, sejahtera, dan berdaya saing. Namun, di balik optimisme tersebut, terdapat fondasi penting yang sering luput dari perhatian, yaitu peran strategis perempuan. Dari ruang domestik hingga ruang publik, dari keluarga, kelurahan, dan desa, hingga kota dan provinsi, perempuan hadir sebagai penggerak nyata yang menentukan apakah Indonesia Emas akan terwujud sebagai realitas atau berhenti sebagai narasi ambisius.
Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan bangsa tidak pernah lahir dari kebijakan semata. Ia tumbuh dari kekuatan sosial yang bekerja secara senyap namun konsisten. Perempuan berada di jantung kekuatan tersebut. Ketika perempuan berdaya, keluarga menjadi lebih tangguh, dan ketika keluarga kuat, maka baik desa dan kelurahan akan bertumbuh. Ketika desa-desa bergerak maju, pembangunan nasional memperoleh pijakan yang kokoh dan berkelanjutan.
Pemberdayaan Perempuan Sebagai Penguat Ketahanan Keluarga
Pemberdayaan perempuan pada hakikatnya adalah penguatan kapasitas self-help, yakni kemampuan untuk menolong dan menguatkan diri sendiri, terutama dalam dimensi ekonomi dan sosial. Kesejahteraan keluarga tidak hanya ditentukan oleh peningkatan pendapatan, tetapi juga oleh kecakapan dalam mengelola pengeluaran secara cermat dan berkelanjutan. Di titik inilah peran perempuan menjadi strategis dalam menjaga keseimbangan, ketahanan, dan keberlangsungan kehidupan keluarga.
Namun, daya tidak akan bermakna tanpa karya. Berkarya menuntut kerajinan, keuletan, dan kesungguhan, serta etos bekerja secara optimal, work with super action. Karya besar tidak lahir dari zona nyaman, melainkan dari keberanian untuk melampaui batas diri (sanajan), dilakukan secara terus-menerus hingga tujuan tercapai, serta diperkuat oleh jejaring yang menopang keberlanjutan usaha dan peran sosial perempuan.
Melampaui Seremonial Menuju Perubahan Substantif
Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan tidak boleh berhenti pada kegiatan simbolik dan seremonial. Ia harus menyentuh aspek substantif, mulai dari peningkatan keterampilan, perluasan akses terhadap sumber daya, penguatan jejaring, hingga dukungan kebijakan yang berpihak. Perempuan perlu ditempatkan sebagai subjek dan agen perubahan dalam pembangunan, bukan sekadar objek program yang bersifat sementara.
Dalam perspektif kearifan lokal Sunda, nilai Perempuan Panca Waluya tetap relevan dan kontekstual hingga kini, yaitu bageur (berakhlak), cageur (sehat), bener (lurus dan jujur), pinter (cerdas), serta singer (terampil, tangguh, dan produktif). Nilai-nilai ini menjadi fondasi moral dan sosial yang menguatkan peran perempuan Jawa Barat dalam menghadapi tantangan zaman sekaligus berkontribusi nyata bagi pembangunan daerah dan nasional.
Hari Ibu dan Jalan Menuju Indonesia Emas
Peringatan Hari Ibu ke-97 seharusnya dimaknai sebagai momentum refleksi dan komitmen bersama. Bukan sekadar perayaan, melainkan ajakan untuk membangun perempuan secara sungguh-sungguh, dimulai dari keluarga, kelurahan, dan desa. Dari ruang-ruang inilah Indonesia Emas 2045 akan bertumbuh secara nyata, inklusif, dan berkelanjutan.
Tulisan ini merupakan pandangan penulis yang diolah dan diadaptasi dari pidato Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Bapak Herman Suryatman, pada Acara Pengukuhan Sekolah Perempuan Jawa Barat yang dirangkaikan dengan Peringatan Hari Ibu Ke-97 Tahun 2025.
Penulis : Suwarso Budi Winarno
